Keberhasilan Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dalam memajukan kaum perempuan mendapatkan apresiasi dengan penghargaan International Women’s day, Maret lalu. Bupati Eka dianggap berhasil dalam meningkatkan kesadaran publik mengenai isu peran perempuan dalam ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
“Lima tahun lalu perempuan di Tabanan sangat rentan dengan kanker serviks. Kami membuat program cek kesehatan reproduksi perempuan untuk mencegah kanker serviks. Saat ini kasus kanker serviks sudah menurun di Tabanan,” kata Eka Wiryastuti. Selain itu, kata dia, ia juga mendukung pemberdayaan perempuan untuk menjadi entrepreneur dengan BumDes yang dimiliki.
Selain memajukan kaum perempuan, ia juga dinilai berprestasi dalam memimpin Tabanan. Banyak sekali penghargaaan yang ia terima. Yang paling teranyar, Penghargaan Penyusunan Rencana kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2018 diberikan kepada Pemkab Tabanan. Piagam penghargaan diserahkan langsung Gubernur Bali Mangku Pastika.
Menurut Bupati Eka, dengan dana yang sedikit, ia membuat apa yang direncanakan sangat berstruktur dan rapi agar semua berjalan. “Dengan PAD yang kecil. Kami bisa. Itu artinya kita berjuang sungguh-sungguh memanfaatkan apa yang ada, potensi yang ada dengan asas manfaat yang tepat, jadi hasilnya juga tepat,” ujarnya.
Ia sangat bersyukur, tahun lalu, Tabanan juga mendapatkan juara I tingkat Bali, dan berprestasi tingkat nasional dengan meraih Penghargaan Pangritpa Nusantara. Ia berharap, semoga tahun ini, Tabanan juga mendapatkan penghargaan di tingkat nasional.
Anggaran dana desa yang tidak besar tidak membuat Bupati Eka patah semangat untuk membangun desa di Tabanan. Hal itu dibuktikan lewat pencapaian penganugerahan Dana Rakca Award dari Kementerian Keuangan. Berbagai program yang terealisasikan di Tabanan dari nol sampai sukses saat ini, seperti pengurangan pengangguran di Tabanan dengan adanya berbagai pelatihan untuk melatih kreativitas ibu-ibu mengolah pangan, termasuk pelatihan kerajinan tangan, bantuan dana desa untuk para petani dan subsidi atau bantuan bagi masyarakat kurang mampu.
Penghargaan lain juga diterima Eka Wiryastuti dari Kementerian Koperasi dan UKM. “Penghargaan ini merupakan wujud perhatian kepada usaha perkoperasian di Tabanan. Dari enam koperasi berprestasi tingkat nasional, salah satunya Tabanan. Karena kami memang komit untuk berubah ke arah yang lebih baik,” kata Eka. Ke depan ia berharap, koperasi dan UKM tidak hanya menyalurkan kredit tapi lebih berbuat utuk memajukan usaha kecil menengah agar mandiri. “Koperasi itu tidak boleh konsumtif dan memanjakan rakyat. Justru koperasi harus membina, agar anggotanya sejahtera dan lingkungannya merasakan manfaat keberadaan koperasi,” imbuhnya.
MANFAATKAN KELEBIHAN TANAH LOT
Inovasi terus dilakukan Eka Wiryastuti. Selain program pembangunan, ia juga rutin menggelar festival memperkenalkan kesenian dan budaya Tabanan, seperti Tanah Lot Art and Culture Weekend Event 2018. Dengan tema “Harmonisasi Seni dan Budaya dalam Visualisasi Modern” festival berlangsung tiga hari, 20 s.d. 22 April. Selain “menyulap” areal kawasan wisata Tanah Lot menjadi spektakuler dengan permainan lighting yang keren, ia juga menggagas festival kopi. “Kebetulan Tabanan ini penghasil kopi, dan sudah ekspor ke Korea dan Cina. Festival ini menarik anak muda untuk kreatif dan inovatif dalam pengelolaan kopi. Akan ada beberapa barista, putra Tabanan, yang unjuk kebolehan menyajikan kopi dengan seni,” kata Eka.
Rencana ke depan, ia juga menggagas Rumah Desa di Tanah Lot, yakni beberapa pedagang kaki lima menempati satu areal food court, menjual makanan khas Tabanan termasuk kopi. Tujuannya, mencari entrepreneur anak muda Tabanan, yang bisa direkrut bekerja sama dengan BUMD untuk mengenalkan kopi Tabanan. Rumah Desa ini juga akan dibangun di Jatiluwih dan areal Ulun Danu.
Menurutnya, Rumah Desa ini merupakan sentral kuliner yang dimiliki perusahaan daerah atau rakyat sendiri, dengan tujuan membuka lapangan pekerjaan, membeli hasil pertanian petani Tabanan, dan diolah menjadi produk olahan kuliner yang enak yang tidak kalah dengan daerah lain. Selain itu, Rumah Desa juga mengangkat derajat UMKM Tabanan yang tadinya mereka tidak punya tempat berjualan.
Ia mengakui, banyak akan menggelar festival di Tanah Lot. Menurutnya, dalam satu lokasi tidak perlu hanya membuat satu festival. Festival ini selain menghibur rakyat juga mengangkat potensi. Menurut Eka, kalau dijadikan satu festival tidak cukup 3 hari sehingga pengelolaannya nanti tidak fokus dan pengunjung juga akan bosan karena itu-itu saja. Karena itu, ia menggagas aneka festival dengan ciri khas masing-masing walaupun lokasinya sama di Tanah Lot. Selain itu, Tanah Lot memiliki kelebihan sebagai tempat terbaik untuk melihat sunset. (ast)